24 November

Ketika Sabar Jadi Nafas Layanan

SLAWI, disdukcapil.tegalkab.go.id —  Di sebuah ruangan pelayanan Kecamatan Pagerbarang, Kamis (20/11/2025) siang itu, suasana tampak berbeda dari biasanya. Seorang petugas rekam biometrik Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil (Disdukcapil) Kabupaten Tegal, Jaenudin (43), tampak duduk sejajar, menunduk sedikit, berusaha menenangkan seorang gadis spesial berinisial N (28) yang merupakan penyandang disabilitas kejiwaan.

Hari itu, Jaenudin bukan hanya membawa perangkat perekaman biometrik. Ia juga membawa satu hal lain yang jauh lebih penting: kesabaran.

N datang dengan kondisi emosi yang tidak stabil. Suaranya meninggi sesekali, tubuhnya gelisah, dan tatapannya berubah-ubah. Bagi sebagian orang, situasi seperti ini mungkin memunculkan ketakutan, bahkan keengganan. Namun tidak bagi Jaenudin.

“Pelan-pelan, Mbak… santai, nggak apa-apa. Kita cuma foto ya,” ucap Jaenudin dengan suara lembut, berulang kali.

Di sinilah seni pelayanan itu terlihat, bagaimana seorang petugas mampu menyesuaikan diri demi memastikan hak setiap warga negara untuk memiliki KTP elektronik tetap terpenuhi, tanpa diskriminasi.

Jika perekaman biometrik warga biasa hanya membutuhkan waktu 3–5 menit, kali ini proses berlangsung hampir tiga kali lebih lama.

N sulit duduk tenang, beberapa kali menepis alat pindai sidik jari, dan menutup wajah saat hendak difoto.

Namun, Jaenudin terus berusaha. Ia mengatur ulang pencahayaan, memodifikasi posisi alat, bahkan menunggu saat-saat ketika N mulai lebih tenang untuk mengambil momen perekaman.

Kepala Disdukcapil Kabupaten Tegal, Tri Guntoro, S.H., M.M., turut memberikan apresiasi atas dedikasi tersebut.

“Petugas seperti Pak Jaenudin adalah wajah terbaik pelayanan publik. Tidak semua mampu menghadapi situasi seperti ini, dan beliau melakukannya dengan penuh empati,” ungkapnya.

Hari itu, Jaenudin tidak hanya membantu N memiliki identitas kependudukan. Ia juga menunjukkan bahwa pelayanan adalah tentang hati, bukan sekadar prosedur.

Itulah cerita kecil yang jarang terlihat, namun menjadi bukti bahwa pelayanan Dukcapil bukan hanya bekerja untuk data, tetapi juga untuk manusia.