13 Agustus

Perjuangan NSA: Menggapai Identitas Lewat Keterbatasan

SLAWI, disdukcapil.tegalkab.go.id – Di tengah panas terik siang itu, terlihat seorang gadis disabilitas fisik dan mental, NSA (18 tahun), sedang dibopong oleh keluarganya menuju loket pelayanan administrasi kependudukan (Adminduk) di Kecamatan Margasari. Jarak rumahnya dengan loket pelayanan kurang lebih 2 kilometer, namun hal tersebut tidak menyurutkan semangat keluarganya untuk mendukung NSA mendapatkan KTP Elektronik (KTP-el) yang sangat dibutuhkan.

NSA lahir dengan kondisi fisik dan mental yang terbatas, membuatnya tidak bisa beraktivitas seperti orang pada umumnya. Keterbatasan ini membuat setiap langkah hidupnya menjadi sebuah perjuangan, termasuk dalam hal administrasi kependudukan. Meski kondisinya demikian, keinginan untuk memiliki KTP-el sebagai identitas resmi tetap menjadi prioritas keluarganya.

Di loket pelayanan, suasana menjadi hening ketika keluarga NSA tiba. Dengan penuh kesabaran, mereka mengurus proses perekaman biometrik untuk KTP-el. Namun, proses tersebut tidaklah mudah. NSA yang tidak bisa duduk seperti orang pada umumnya, harus tidur di lantai agar proses perekaman dapat dilakukan. Melihat hal ini, petugas pelayanan dengan sigap membantu, memastikan seluruh proses berjalan dengan baik dan lancar.

Keluarga NSA sengaja memilih untuk datang langsung ke loket pelayanan di kecamatan, meski tahu akan tantangan yang harus dihadapi. "Kami ingin NSA segera memiliki KTP-el karena akan digunakan untuk mendaftarkan pelayanan kesehatan BPJS," ujar sang ibu Suriah (56 tahun) dengan suara yang penuh harap. Bagi keluarga NSA, memiliki KTP-el bukan hanya sekadar memperoleh identitas, tetapi juga sebagai kunci untuk mendapatkan akses pelayanan kesehatan yang sangat diperlukan.

Perjuangan ini menjadi gambaran betapa pentingnya dokumen kependudukan bagi setiap individu, tanpa memandang kondisi fisik atau mental mereka. Di balik setiap KTP yang diterbitkan, ada cerita dan perjuangan yang mungkin tidak semua orang tahu. Bagi NSA dan keluarganya, proses ini adalah langkah besar untuk mendapatkan hak-hak dasar sebagai warga negara, meski harus melalui jalan yang tidak mudah.

Kepala Disdukcapil Kabupaten Tegal, Tri Guntoro, S.H., M.M. menuturkan kisah NSA mengingatkan kita semua tentang pentingnya empati dan dukungan bagi mereka yang hidup dengan keterbatasan. “Disdukcapil Kabupaten Tegal, melalui berbagai layanan jemput bola dan kebijakan inklusif, akan terus memperhatikan kebutuhan warga seperti NSA agar mereka tidak merasa terpinggirkan.”, ujarnya. Bagi NSA, perjuangannya hari itu adalah bukti bahwa di balik setiap keterbatasan, ada harapan untuk masa depan yang lebih baik.